BISNIS TIKET PESAWAT ONLINEBISNIS TIKET PESAWAT ONLINE
Direkomendasikan bagi Anda yang ingin memiliki dan mengelola bisnis penjualan tiket pesawat secara online, murah, mudah, cepat, dan aman. KLIK DISINI untuk mendapatkan informasi selengkapnya.

KOLEKSI WALLPAPER FOTO PESAWAT TERBANG :


Suka duka mengajar di pedalaman

Suka duka mengajar di pedalaman. Info sangat penting tentang Suka duka mengajar di pedalaman. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Suka duka mengajar di pedalaman

Suka duka mengajar di pedalaman

Di pedalaman, guru tidak bisa terlalu berharap dan hanya mengandalkan fasilitas di sekolah, yang selama ini pun sangat minim, untuk menyampaikan materi ajar pada siswa. Untuk itu, guru harus kreatif membuat rancangan pengembangan pembelajaran (RPP) berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang menjadi pedoman mereka dalam mengajar di sekolah.

Sugimun, guru Matematika di SMP Negeri 1 Lumbis, Nunukan, Kalimantan Timur, misalnya. Untuk menerapkan standar kompetensi aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear, serta perbandingan pemecahan masalah, Sugimun mengajak siswanya "berdagang". "Saya menerapkan belajar sambil bermain jual-beli. Di sini siswa diajak mengerti cara menghitung diskon atau rabat," ungkap Sugimun, salah satu peserta Lokakarya Pengembangan Profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah Angkatan V-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan Tanoto Foundation di Tarakan, Kalimantan Timur, Selasa (15/12/2009).

Oleh Sugimun, siswa yang rata-rata kelas II dan III SMP itu dipecah dalam kelompok yang masing-masing satu kelompok terdiri dari 5 siswa. Ada siswa yang berperan sebagai penjual, pembeli, penjaga etalase barang jualan, hingga bagian kasir. Sugimun mengatakan, siswa pun diperbolehkan menjual barang apa saja. Hanya, barang-barang tersebut harus yang kerap dibeli oleh siswa dan berlabel potongan harga atau diskon, mulai dari tas, jaket, kaus, atau sepatu. Menurutnya, langkah ini dilakukan agar product knowledge siswa lebih baik sehingga akan memudahkan penghitungan. "Yang penting semua barang harus dilabeli diskon, terserah mau diskon 5 persen, 10 persen, atau 50 persen, yang penting diskon," tambahnya.

Kemudian, siswa dibekali uang dan melakukan transaksi. Di sinilah para siswa "belajar" secara tak sadar mengenai aritmatika sosial yang sederhana. "Siswa bahkan sampai membuat uang palsu sebagai alat bayar. Cuma, ini memang untuk belajar di sini saja," ujarnya seraya terbahak.

Sebagai tolak ukur keberhasilan siswa menyerap pelajaran, Sugimun lalu memberikan tes kepada siswa berupa presentasi dan tes tulis sebanyak 5 soal tentang penghitungan rabat tersebut. "Targetnya, mereka memang mengerti bagaimana cara menghitung diskon. Sebagai pendekatan kontekstual, ternyata cara ini sangat efektif mengenalkan siswa pada aritmatika," ujar Sugimun.

Alat peraga

Menurut pemerhati pendidikan Anita Lie, berdasarkan pengamatannya terhadap lokakarya dan pelatihan guru-guru tersebut, ternyata masih banyak guru yang belum bisa membuat RPP untuk menerapkan KTSP yang menjadi pedoman mereka dalam mengajar.

Guru Besar Unika Widya Mandala ini mengatakan, siswa akan sulit menyerap jika materi ajar hanya diberikan dalam bentuk dikte atau menyalin. Selain monoton, hal itu tidak akan memancing gairah siswa untuk memahami mata pelajaran. "Ada guru yang bahkan sudah bertitel sarjana minta saya buatkan RPP. Itu artinya guru tersebut tidak siap memberikan pemahaman yang baik untuk siswa," ujarnya.

Menurut Anita, memang dibutuhkan kreativitas tinggi untuk menerapkan RPP yang bisa sesuai KTSP dan mudah diterima siswa. Toh, kata dia, RPP tidak mengekang guru atau sekolah untuk mengeluarkan modal besar demi mendukung pelaksanaannya seperti kebutuhan alat peraga.

Markus Madun, guru SDN 007 Sebuku, Desa Sekikilan, yang masih termasuk wilayah Kabupaten Nunukan, misalnya. Untuk memberi pemahaman tentang perhitungan pada bentuk-bentuk bangun datar atau jajaran genjang, Markus bahkan membuat puluhan kertas karton kecil-kecil yang dibuatnya mirip bentuk-bentuk bangun tersebut.

Bahkan, demi mendukung kemudahan siswa mengaplikasikan mata pelajaran Biologi, Eko Andayani, Kepala SMPN 1 Sesayap, Tanah Tidung, membuat silabus pengembangan diri siswa berupa Program Tanaman Obat Keluarga.

"Selain menjadi program sekolah, silabus ini juga diterapkan sebagai kampanye menanam kepada siswa sebagai pengembangan diri dalam mata pelajaran muatan lokal," ujarnya.

Kompas.com


Powered By : Blogger