BISNIS TIKET PESAWAT ONLINEBISNIS TIKET PESAWAT ONLINE
Direkomendasikan bagi Anda yang ingin memiliki dan mengelola bisnis penjualan tiket pesawat secara online, murah, mudah, cepat, dan aman. KLIK DISINI untuk mendapatkan informasi selengkapnya.

KOLEKSI WALLPAPER FOTO PESAWAT TERBANG :


malam mingguan

malam mingguan. Info sangat penting tentang malam mingguan. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai malam mingguan

Kami baru akan memulai 1 lagu lagi saat kang Parmo muncul dari pintu anjungan sambil membawa 4 gelas coffee mix hangat. Kepulan uapnya terlihat jelas. Secara reflek kami menyingkirkan keyboard (piano elektrik), ponsel, beberapa bungkus biskuit ke sudut lantai deck di depan anjungan. Memberi tempat untuk 4 gelas coffee mix hangat yang baru saja dibuat kang Parmo.

"Ayo diminum dulu coffee mixnya. Mumpung masih hangat. Biar nyanyinya tambah semangat", kata kang Parmo dengan logat jawa yang tidak kalah kental dengan minuman coffee mix yang baru saja dibuatnya itu. Tanpa dipersilahkan dua kali lagi saya, Tomy dan pak Thaib langsung memilih diantara 4 gelas itu. Maksudnya mau ambil gelas yang paling besar yang otomatis isinya paling banyak. Tapi tidak ada yang dapat gelas yang paling besar. Sebab keempat gelas itu sama ukurannya. He..he..he….

Suasana di anjungan kapal Tanjung-III yang tadi ramai oleh suara nyanyian kami sekarang jadi sepi. Semua sibuk menikmati minuman yang disediakan kang Parmo. Malam ini giliran dia kebagian tugas jaga kapal, ya terpaksa jadi tuan rumah. Mata kami jadi asyik memperhatikan pemandangan di atas dermaga. Malam ini banyak orang yang datang ke dermaga. Maklum, malam minggu. Ada beberapa kelompok remaja duduk-duduk diatas jok sepeda motor mereka. Beberapa keluarga terlihat menikmati suasana malam dengan duduk-duduk di ruang tunggu untuk penumpang speed boat reguler.

Saya tidak ingat sejak kapan dermaga ini mulai menjadi tempat tujuan paling favorit bagi orang-orang di pulau Bunyu saat jalan-jalan. Biasanya pada sore dan malam hari. Rasanya ini sudah terjadi selama beberapa tahun. Orang bilang, jalan-jalan cari angin di Bunyu jadi kurang lengkap rasanya kalau belum singgah di dermaga ini. Benar atau tidak, tapi rasanya memang begitu. Ada yang datang hanya untuk duduk-duduk menikmati suasana. Bersama keluarga, teman atau pacar. Ada juga yang datang sendirian saja. Barangkali mau numpang melamun di dermaga sambil memandang hamparan laut. Cari inspirasi, kaya’ penulis lagu atau penulis novel saja jadinya.

Masyarakat di pulau Bunyu biasa menyebutnya pelabuhan besar. Ada juga yang menyebut pelabuhan Pertamina karena dermaga ini memang dibangun oleh perusahaan minyak dan gas nasional itu pada tahun 1981. Nama sebenarnya adalah Dermaga Tidung. Diambil dari nama asli penduduk pulau Bunyu, suku Tidung. Konstruksi beton bertulang yang digunakan membuat dermaga ini masih terlihat kokoh meskipun sudah berusia lebih dari seperempat abad. Dirancang untuk dapat melayani kapal dengan bobot hingga 3.000 DWT. Dermaga ini berada di tengah laut dan dihubungkan oleh jembatan sepanjang 475 meter yang juga berkonstruksi beton bertulang. Lebar jembatan penghubungnya 12 meter. Disepanjang sisinya terpasang 3 jalur pipa besar. Pipa besar inilah yang sering dimanfaatkan sebagai tempat duduk oleh orang-orang yang datang untuk jalan-jalan di dermaga Tidung ini.

Jika sedang jalan-jalan malam saya sering mampir ke kapal-kapal milik perusahaan kami. Biasanya saya lebih suka memilih kapal berukuran besar untuk saya singgahi. Itu karena kapal besar lebih tahan goncangan ombak dibanding kapal kecil. Ngobrol selama 1 atau 2 jam dengan beberapa awak kapal yang kebagian tugas jaga kapal. Suasana laut di malam hari dengan semilir angin dan debur ombaknya memang menghadirkan kesan tersendiri. Anda bisa membayangkan itu, kan. Saya bukan cuma membayangkan, bahkan bisa menikmatinya setiap malam. Dan itu saya dapatkan di dermaga Tidung pulau Bunyu. Seperti malam ini bersama kang Parmo, pak Thaib dan Tomy. Kang Parmo dan pak Thaib memang sudah lama bekerja di kapal-kapal ini sejak kilang methanol Bunyu masih dioperasikan oleh Pertamina. Sedangkan Tomy baru bergabung sebagai awak kapal PT.MMB mulai akhir tahun 2004.

Menjelang pukul 23.00 terlihat orang-orang mulai meninggalkan dermaga Tidung. Suasana mulai sunyi. Hanya tersisa beberapa orang pemancing dan penjala ikan. Dan kami berempat masih duduk-duduk di anjungan kapal Tanjung-III. Kembali saya ambil piano elektrik yang tadi kami singkirkan ke sudut lantai depan anjungan. Mulai memainkan intro sebuah lagu yang pernah dipopulerkan Iwan Fals dan kawan-kawan, “ Kemesraan “. Tidak lama kemudian suara kami terdengar menyanyikan lagu itu. Memecah kesunyian malam di dermaga Tidung.

Kemesraan ini janganlah cepat berlalu.
Kemesraan ini ingin kukenang selalu.
Hatiku damai, jiwaku tentram disampingmu.
Hatiku damai, jiwaku tentram bersamamu…….


Sumber : www.bunyu-online.com


Powered By : Blogger